Radio National RE-4350B

Jenis radio ini merupakan salah satu favorit saya. Sebuah radio transistor jadul buatan National Gobel dengan 3 Band penerimaan, yakni MW, SW1, SW2 dan satu Input Auxiliary yang bertuliskan "Phono".

Radio meja ini sekilas menyerupai sebuah radio tabung. Saya pun sempat mengira RE-4350B merupakan sebuah radio tabung, ketika dulu pertamakali saya melihatnya di salah pedagang barang antik di kota saya; Salatiga. Ketika itu saya sempat tawar-menawar dengan pedagang tersebut namun gagal mendapatkannya karena uang yang saya bawa ketika itu tidak mencukupi.

RE-4350B pertama saya jumpai di kios pedagang antik
RE-4350B yang dipajang di Perpustakaan Salatiga
Cukup menyesal juga ketika itu gagal transaksi, karena kondisi radio yang saya lihat pada saat itu masih nyaris sempurna. Radio produksi National Gobel sekitar awal 70an ini juga saya lihat ada di Perpustakaan Daerah Salatiga, sebagai pajangan antik yang diletakkan dalam lemari kaca. Hal tersebut membuat saya semakin berhasrat memiliki radio tersebut.

Kurang lebih setahun menginginkannya, akhirnya saya mendapatkan dari salah satu pemasok radio antik langganan saya. Saya cukup senang, meski kondisi RE-4350B yang saya dapatkan tidak se-sempurna yang dulu gagal saya dapatkan atau yang menjadi pajangan di Perpustakaan Umum di kota saya.


RE-4350B yang saya miliki


Radio Peralihan Dari Era Tabung

Body RE-4350B terbuat dari kayu lapis. Panel depan terbuat dari plastik dan penutup kain pada bagian loudspeaker nya. Ukuran dimensi radio ini boleh dibilang sangat besar untuk sebuah radio transistor, yakni: (panjang x tinggi x lebar) 404mm x 240mm x 150mm. Penampilannya sederhana namun elegan bagi saya.

Kain penutup speaker (salon) menempati 50% bidang depan bagian atas. Seharusnya terdapat emblem tulisan "Hi-fi Sound" yang terbuat dari plastik berwarna perak yang melekat di bagian atas salon (seperti tampak pada foto radio ini di kios pedagang antik yang gagal saya peroleh), namun pada radio yang saya punya emblem tersebut sudah hilang.

Tepat dibawah bidang salon terdapat strip plastik berwarna perak yang bertuliskan "3-Band National Solid State" di bagian tengah. Bidang kiri bawah ditemptkan skala meter tuning, dan sisi kanannya diisi 5 tombol kendali yakni (urutan dari kiri ke kanan): Tombol Volume berikut saklar ON-OFF, pengaturan Tone, saklar pemilih Band maupun Input Phono, tombol Fine Tuning, dan tombol Tuning. Sayangnya ketika saya dapatkan hanya 2 kenop saja yang ada, yaitu kenop Tone dan Band Selector. Tiga kenop lainnya sudah hilang. Sehingga terpaksa saya pasangkan kenop-kenop plastik seadanya dari koleksi kenop jadul yang saya punya.

Skala meter tuning di sisi kiri bawah
Kenop-kenop yang sebagian tidak ori

Input Phono mengingatkan kita pada masa-masa jaya-nya pemutar piringan hitam atau yang disebut Phonograph. Jadi radio ini menyediakan fungsi sebagai penguat / amplifier sinyal audio dari phonograph. Jika kita anlogikan pada era kini, bisa dibilang fungsi ini setara input dari iPod/ MP3 player.

Desain RE-4350B yang klasik ini tampaknya menyesuaikan trend penampilan radio-radio pada masa nya dulu, yakni radio-radio yang menggunakan tabung sebagai komponen aktifnya. Body radio besar. Ukuran yang besar ini memberikan nilai tambah bagi kualitas reproduksi suaranya.

Karena ruang akustik yang cukup besar maka suara yang dihasilkan pun menjadi Hi-fi. Cenderung nge-bass dan adem di telinga. Keras, namun tidak memekakkan telinga. Terlebih dengan tersedianya fasilitas pengaturan Tone, kita bisa mengatur tonasi suara yang dihasilkan. Biasanya saya mengatur Tone ke arah nge-bass ketika mendengarkan musik, dan cenderung treble ketika menyimak percakapan/ siaran berita dari gelombang radio luar negri melalui gelombang SW.

Sumber Daya

Radio antik ini bisa menggunakan AC maupun DC dalam pengoperasiannya. Pemilihan sumber daya baik AC maupun DC dipilih melalui saklar berwarna merah yang terdapat di bagian belakang radio.

Untuk sumberdaya AC, terdapat pilihan tegangan 110 volt atau 220 volt yang dilakukan dengan memutar saklar di bagian bawah radio menggunakan obeng minus. Pilihan tegangan ini di masa lalu sangat penting, mengingat pada era 70an besarnya tegangan AC belum sama di semua kota di Indonesia.

Untuk tegangan DC bisa menggunakan 6 buah baterai berukuran besar (D-size/ UM-1) atau menggunakan adaptor eksternal melalui port yang disediakan dibagian belakang pesawat. Meski pada port DC tersebut tertulis "12V DC", namun saya kira 9v saja lebih aman dan lebih sesuai dengan perbandingan jumlah baterai yang digunakan (6 baterai x 1.5v = 9v).

Tutup belakang yang terbuat dari Hardboard
Port-port Antena luar, Grounding, Phonograph, Jack DC

Melihat ke Dalam

Ciri khas radio-radio transistor lawas National ketika hendak memasang baterai, adalah dengan jalan membuka tutup belakangnya. Tutup belakang terbuat dari hardboard yang dikunci dengan dua pengait berpuntir.

Wadah baterai melekat pada tutup hardboard, bukan pada bidang alas kabinet. Penempatan baterai secara vertikal seperti ini berpotensi baterai-baterai akan jatuh berantakan. Namun wadah baterai dibuat cukup rapat menjepit baterai, selain juga dilengkapi dengan selongsong-selongsong plastik guna menghindari baterai-baterai tersebut melejit.

Salah satu keunikan radio ini yakni menggunakan dua keping PCB yang terpisah. Satu PCB berisi rangkaian tuner dan oscillator, dan PCB lainnya merupakan rangkaian penguat-penguat IF serta Audio. Desain output audio-nya "transformerless" alias tidak menggunakan trafo IT-OT yang populer pada jamannya.



Port-port Antena luar, input Phono, serta DC Jack ter-solder langsung melalui kabel menuju titik-titik yang terkait pada PCB. Hal ini membuat kita perlu berhati-hati saat membuka tutup belakang, agar tak ada solderannya yang terlepas/ kabel yang terputus.

Penutup

Beberapa hal yang membuat saya suka radio ini yaitu:
1. Penampilannya yang klasik, menyerupai radio tabung -tanpa harus mengkonsumsi listrik sebesar radio tabung.
2. Penerimaannya yang sensitif di semua Band.
3. Suaranya yang Hi-fi, empuk di telinga. FiturTone Control nya pun sangat bermanfaat.
4. Fasilitas Fine Tuning yang sangat berguna ketika men-tuning gelombang SW.
5. Adanya port eksternal Antena serta grounding. Saya selalu menyukai radio-radio yang menyediakan colokan Antena luar karena saya nilai radio tersebut di desain secara extendable, terutama untuk peningkatan daya penerimaannya. Penggunaan Antena luar yang dihubungkan langsung dengan antena teleskopik akan berbeda hasilnya dibanding penggunaan port eksternal Antena yang dirancang dengan baik.

Secara umum radio cantik ini layak untuk menjadi barang koleksi bagi penggemar radio-radio tua.

Lihat aksi radio ini pada video berikut:



---oOo---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar